diskriminasi perempuan(?)
bulan ini ada hari perempuan ya. sebagai perempuan jadi merasa terpanggil buat mengetikkan sepatah dua patah kata tentang perempuan.
saya mewakili sekian banyak ibu beranak 3 yang masih bekerja. dulu tahun 1980an, mama saya lulusan smea, bekerja di perusahaan swasta, dan kemudian pas menikah dan kakak saya lahir, mama saya berhenti kerja, karena mungkin saat itu udah ga penting lagi pekerjaan mama saya dibanding kakak saya, anak pertamanya yang baru lahir. subhanallah ya. nenek saya juga jauh. tinggalnya di bima ntb.
kemudian pas jaman saya, dulu kayaknya pas saya sd, semua anak perempuan di kelas cita2nya mau jadi dokter, kemudian kalo di saya itu jadi mimpi, karena bapak saya udah pensiun pas saya lulus sma, alhamdulillah keterima pmdk di ipb dan lanjut kuliah dengan segala macam cara ortu mencari biaya, lalu setelah lulus kuliah masuk jadi pns, sampai sekarang saya masih diencourage oleh bapak dan mama saya, serta mertua juga, untuk tetap bekerja, walau anak sudah 3 dengan usia yang masih cilik, walau saya sudah memilih tinggal mandiri dari orangtua, walaupun gaji suami insyaAllah alhamdulillah lebih dari cukup untuk membiayai hidup kami, dengan argumen ayah anak2 kerjanya di swasta, bisa tiba2 dipecat, tetapi kalo saya yang pns ngga bisa begitu aja dipecat, halah halah, lucu banget ya,
saya menemukan tambah banyak perempuan jadi driver ojek online, juga taxi online, suatu waktu pas kami mau ke rumah ortu di tangerang, ayah mesen angkutan online, yang datang supirnya ibu-ibu berambut panjang, lipstik merah, ayah yang biasanya duduk di kursi depan sebelah supir jadi duduk di belakang sama saya dan anak2. saya mikirnya aduh kasian banget ini ibu2 emang ga ada pekerjaan lainkah sehingga harus jadi supir begitu? kemana anak2nya, suaminya, saudara laki2nya, karena kalo mobil kan area privat ya, kalo penumpangnya sekeluarga sih mungkin aman2 aja, tapi coba yang naik serombongan laki2 dewasa, apa ngga gimana itu si ibu driver, harusnya laki2 yang nyupirin perempuan, ini malah terbalik, hiksss... astaghfirullah,
lucunya, kalo dibilang perempuan ga boleh jadi driver itu diskriminasi, padahallll dalam islam perempuan ketentuannya diperlakukan dengan mulia, gimana sih kalo memperlakukan ratu, masa ratu disuruh jadi supir atau tukang ojek? islam ngga melarang perempuan bekerja tapi kerjanya jangan yang membahayakan dirinya, ada banyak ketentuan lainnya, harus nutup aurat, ga boleh campur baur laki perempuan, ga boleh berdua2an laki2 dan perempuan, diijinkan wali/suaminya, dan ngga melalaikan peran utamanya sebagai ibu, kalo udah jadi ibu,
jadi berbagai macam aturan itu bukan untuk mendiskriminasi perempuan, tapi untuk memuliakan perempuan,
to be continue, krn udh ngantuk hihi
saya mewakili sekian banyak ibu beranak 3 yang masih bekerja. dulu tahun 1980an, mama saya lulusan smea, bekerja di perusahaan swasta, dan kemudian pas menikah dan kakak saya lahir, mama saya berhenti kerja, karena mungkin saat itu udah ga penting lagi pekerjaan mama saya dibanding kakak saya, anak pertamanya yang baru lahir. subhanallah ya. nenek saya juga jauh. tinggalnya di bima ntb.
kemudian pas jaman saya, dulu kayaknya pas saya sd, semua anak perempuan di kelas cita2nya mau jadi dokter, kemudian kalo di saya itu jadi mimpi, karena bapak saya udah pensiun pas saya lulus sma, alhamdulillah keterima pmdk di ipb dan lanjut kuliah dengan segala macam cara ortu mencari biaya, lalu setelah lulus kuliah masuk jadi pns, sampai sekarang saya masih diencourage oleh bapak dan mama saya, serta mertua juga, untuk tetap bekerja, walau anak sudah 3 dengan usia yang masih cilik, walau saya sudah memilih tinggal mandiri dari orangtua, walaupun gaji suami insyaAllah alhamdulillah lebih dari cukup untuk membiayai hidup kami, dengan argumen ayah anak2 kerjanya di swasta, bisa tiba2 dipecat, tetapi kalo saya yang pns ngga bisa begitu aja dipecat, halah halah, lucu banget ya,
saya menemukan tambah banyak perempuan jadi driver ojek online, juga taxi online, suatu waktu pas kami mau ke rumah ortu di tangerang, ayah mesen angkutan online, yang datang supirnya ibu-ibu berambut panjang, lipstik merah, ayah yang biasanya duduk di kursi depan sebelah supir jadi duduk di belakang sama saya dan anak2. saya mikirnya aduh kasian banget ini ibu2 emang ga ada pekerjaan lainkah sehingga harus jadi supir begitu? kemana anak2nya, suaminya, saudara laki2nya, karena kalo mobil kan area privat ya, kalo penumpangnya sekeluarga sih mungkin aman2 aja, tapi coba yang naik serombongan laki2 dewasa, apa ngga gimana itu si ibu driver, harusnya laki2 yang nyupirin perempuan, ini malah terbalik, hiksss... astaghfirullah,
lucunya, kalo dibilang perempuan ga boleh jadi driver itu diskriminasi, padahallll dalam islam perempuan ketentuannya diperlakukan dengan mulia, gimana sih kalo memperlakukan ratu, masa ratu disuruh jadi supir atau tukang ojek? islam ngga melarang perempuan bekerja tapi kerjanya jangan yang membahayakan dirinya, ada banyak ketentuan lainnya, harus nutup aurat, ga boleh campur baur laki perempuan, ga boleh berdua2an laki2 dan perempuan, diijinkan wali/suaminya, dan ngga melalaikan peran utamanya sebagai ibu, kalo udah jadi ibu,
jadi berbagai macam aturan itu bukan untuk mendiskriminasi perempuan, tapi untuk memuliakan perempuan,
to be continue, krn udh ngantuk hihi
Komentar
Posting Komentar