sebelum negara api menyerang

Barusan saya lihat foto foto salman shabran syafiq pas masih kecil, salman sangat ceria. Dulu waktu tk pertama kali sekolah dia semangat hari pertama masuk bahkan sudah diantar sama anaknya mba mus yang bersihin rumah kontrakan kami. Disekolah pun cerita gurunya dia selalu semangat, ada foto tk a nya bareng temannya pakai baju seragam tk warna merah dengan senyum cerianya yang mengembang, sampai kami pindah ke gandul dia punya teman di rumah dan ada temannya juga di sekolah, di sd pun saat kami pindah ke sawangan dia termasuk baik baik saja ngga ada masalah. Baru beberapa bulan ini yang dia jadi murung, padahal saya pikir sebelumnya dengan maksud baik disekolahkan di tempat yang terpercaya, ternyata ada ujian kami beberapa bulan ini salman berubah menjadi waswas dalam sholat dan wudhu berimbas pada sekolahnya, atau mungkin sebaliknya dari sekolahnya jadi berimbas ke ibadahnya. 

Seringkali saya dan ayahnya bicara dengan nada tinggi dan ngegas, setiap hari sungguh menyedihkan. Seperti harus menghadapi mimpi buruk. Padahal mungkin kalau bisa berpikir jernih salman ngga nakal, dia ngga melakukan perbuatan kriminal, dia ngga melanggar hukum, dia ngga narkoba, ngga berbuat asusila dsb (naudzubillah), tapi kenapa kita jadi stres menghadapinya padahal ada anak orang lain yang lebih parah dari salman tapi ortunya anteng dan tenang aja. Salman mungkin baru kaget melihat dunia luar dan dia shock, kadang saya sebagai ortu juga kurang sabar menjelaskan. Merasa sudah menjelaskan berkali kali dan tak perlu mengulang lagi. Padahal salman baru anak 13 tahun masih beberapa bulan baligh, masih perlu bimbingan dan arahan. Ya Allah... Ampuni hamba... Kasian salman jadi korban kebodohan dan keegoisan orangtuanya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ke bdn erie citayam

Call for tukang urut

Salute to ...