training keluarga ideologis
alhamdulillah kemarin dapat pengalaman yang luar biasa,
beberapa minggu ini lagi rindu ikut acara yang bisa menggali kemampuan diri, minggu kemarin sempet lihat ada acara ustad bendri jaisyurrahman di masjid ui, tapi akunya telat lihat, acaranya hari minggu sementara aku lihat pengumumannya hari senin hihi,
dan kemarin muslimah hizbut tahrir indonesia dpd jakarta selatan tempat dimana aku berada, ngadain training keluarga ideologis, sangat antusias dan penasaran banget trainingnya kayak apa, biasanya kan hanya membahas aqidah dan problematika ummat saat ini dan ujung-ujungnya mengajak semua hadirin untuk ikut halaqah plus mendakwahkan syariah Islam dan khilafah kepada semua kalangan, bagus sih, tapi kurang mendetail aja gitu rasanya.
hari kemarin aku nitip salman dan shabran ke ayah, dan aku berangkat dari rumah jam 7.30, sebelumnya bangun jam 3 pagi, siapin makanan anak-anak dan cuci piring biar rumah tetap bersih heheu. shabran pas aku berangkat nangis pengen ikut, maaf ya adik di rumah dulu ya, soalnya di luar mendung banget kasian kalo kehujanan di jalan, lagian akunya juga ngga tau gimana kondisi di sana, jadi akupun berangkat bismillah.
naik angkot 105 dari jalan bambu, terus naik m20 dari jalan ciganjur, dan aku diturunin di deket halte busway deptan sama abang angkotnya, terus lanjut naik 61 sampe pasar minggu, terus naik metromini 62 turun di halte pomad jalan sedikit ke dalam, kelihatan ada plang kantor tabloid suara islam, masuk deh akunya, alhamdulillah udah banyak ukhti-ukhti yang hadir.
beberapa hari sebelum training ini berlangsung, kita dibagikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab, ini pertanyaannya:
1. menurut kita, apakah itu keluarga ideologis?
keluarga yang memiliki aqliyah dan nafsiyyah islamiyah, yang pemikiran dan tingkah lakunya didasarkan kepada aturan Allah swt, serta berdakwah tentang hal tersebut kepada masyarakat.
2. bagaimana cara mewujudkan keluarga ideologis?
dengan menuntut ilmu, dan mengamalkannya, serta mendakwahkannya.
3. apa saja faktor yang mendukung dan menghambat terbentuknya keluarga ideologis ?
kalo di keluarga kita, alhamdulillah sebenernya buku-buku udah cukup lengkap, tinggal rajin dibaca dan diamalkan, dan sebenernya harus bersyukur karena memiliki suami yang berkesadaran mengkaji islam dan berdakwah juga, dan punya teman-teman muslimah yang selalu mendukung di dalam perhalaqahan kita. faktor yang menghambatnya, kadang suka malas, menunda-nunda, pengen santai-santai dulu, hiksss
intinya kalo keluarga aku, alhamdulillah over all, tapi masih banyak sekalih yang masih harus dibenahi, atau misalnya komunikasi antar aku dan ayah salman shabran tersayang, komunikasi dengan salman dan shabran juga, harus lebih bagusss, dan harus lebih getol mengajarkan ngaji, konsep tentang aqidah Islam, tentang tauhid, bahwa kita adalah muslim yang harus terikat dengan aturan Allah swt, dan harus bangga jadi muslim, harus bisa ngaji, harus rutin menghafalkan al-qur'an mumpung anak-anak masih kecil dan masih bisa dibentuk, harus berakhlaq yang baik, dan ayah serta ibu juga terus berproses menjadi orangtua yang lebih baik lagi,
anyway, tiba saatnya saat acara dimulai oleh mba nida pj akhwat jakarta selatan, diingatkan lagi tentang tujuan pernikahan yang seharusnya adalah mencari ridho Allah swt, dan harus bersahabat dengan suami, dan bahwa anak-anak adalah amanah yang harus dididik sebaik-baiknya agar menjadi anak shalih.
nah yang seru adalah di sesi kedua, kita dibagi perkelompok berdasarkan situasi dan kondisi masing-masing, aku masuk kelompok V, kelompoknya ummu-ummu muda yang anaknya masih pada 1-2 dan usia balita, kita diminta jawab beberapa pertanyaan juga, diantaranya (yang aku masih inget, soalnya ada 12 pertanyaan), apakah sudah menjalankan peran menjadi ummu wa rabbatul bayt? apakah pola pengasuhan abi dan ummi berbeda? bagaimana jika ada kegiatan dakwah dan anak-anak sakit? jika ummi bekerja, bagaimana jika ada tugas dinas keluar kota?
kalo aku sih belum jadi ummu wa rabbatul bayt, secara de facto kalo siang sampe sore rumah kosong, anak-anak di daycare dan saya di kantor, ayahnya di kampus, tp insyaAllah mereka tetap terpenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. semoga Allah swt menolong kami.
tapi subhanallah training ini kembali menyadarkan aku, bersyukur banget ya punya suami yang sama-sama ngaji, sementara sesama peserta training masih banyak yang masih bermimpi menikah dan membangun rumah tangga, ataupun sudah menikah tapi suaminya yang cuek dan ngga mau ngaji, dan bersyukur dikaruniai anak-anak karena juga masih banyak yang masih belum diamanahkan, padahal ini ladang untuk memperbanyak pahala di sisi Allah swt,
ya Allah ampuni hamba....
Komentar
Posting Komentar