Need to talk about it

Psycho Coffee Morning

Oleh : Ani Ch, pemerhati pendidikan anak dan keluarga, bermukim di Sidoarjo

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

Edisi Pendidikan Anak

Kamis, 17 November 2016

Birrul Walidain (2)

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

Di komputer kantor biro psikologi kami tersimpan beberapa film untuk proses belajar, kami tonton saat senggang pekerjaan. Salah satu film saya tonton beberapa hari yang lalu, judulnya We Need to Talk About Kevin.

Kevin, seorang anak yang entah pantas disebut sosiopat atau psikopat, yang diceritakan melakukan pembantaian besar pada hari ulang tahunnya yang ke-16. Dia rencanakan pembantaian ini selama berbulan-bulan, dia persiapkan semua perlengkapan dan prosedur pembunuhan dengan rapi. Ini adalah hadiah untuk ibunya yang sangat dia benci, hadiah agar ibubua menderita sepanjang masa, hadiah berupa pembunuhan terhadap puluhan teman sekolahnya, dan tidak hanya itu juga pembunuhan ayah dan adiknya, sehingga ibunya menjadi menjadi saksi atas kebiadapan anaknya,  lalu Kevin meninggalkan ibunya menjadi wanita sebatang kara yang dibenci orang satu kota, dan dengan senyum puas Kevin digelandang ke penjara.
Kebencian macam apa yang membuat anak umur 16 tahun melakukan hal sekeji itu, diceritakan bahwa si ibu membenci kehamilannya, dia membenci perutnya yang membesar, dia kemudian membenci suara tangis bayi..bahkan dia rela berdiri di sebelah mesin penggali jalan sehingga suara bayi dalam kereta dorongnya terbenam di antara suara mesin yang meraung-raung. Si ibu juga tidak pernah menikmati masa balita yang lucu, karena tidak pernah bisa 'bermain' dengan anaknya, emosi antara ibu dan anak hanya marah karena kelakuan dan benci karena sikap. Bahkan si ibu ini sangat benci untuk membersihkan kotoran anaknya, sehingga si anak dipakaikan popok sekali pakai sampai umur 9 tahun, bahkan si ibu pernah menghempaskan anaknya ke tembok sampai tulang lengannya patah.

Mungkin film ini fiksi..tapi tentunya lahir dari riset di kenyataan yang detil..dan memanglah pada umumnya para psikopat lahir dari pengasuhan yang buruk.

Teman..jika kebencian yang ditabur selama mengasuh anak, maka lahirlah anak yang tidak berbakti, yang kemudian membenci, dan bahkan akan membuat menderita orangtuanya di kemudian hari.

Maka pengasuhan seperti apakah yang akan melahirkan anak berbakti? mari kita telusuri.

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

Malik sangat mencintai ibunya..dalam masa tuanya si ibu menderita stroke dan sudah tak bergerak anggota tubuh leher ke bawah. Malik memandikannya, membersihkan kotoran tubuhnya, memakaikan baju, menyuapinya, menggendongnya untuk dijemur, dan menidurkannya. Dia relakan dirinya, karena sepanjang ibunya sehat..Dialah ibu yang selalu lemah lembut tutur katanya, tempat berkeluh kesah yang menyenangkan karena pendengar yang baik, tempat meminta nasihat karena kata-katanya mendamaikan. Dialah ibu yang tidak suka menyalahkan, juga jarang mengomel, bahkan ketika anak salah hanya mengingatkan dengan satu dua kaya. Senyum dan pelukannya hangat..

Teman...komunikasi yang hangat dari orangtua akan diingat anaknya sepanjang masa, membuat anak mudah berbakti kepadanya. Perhatian, cinta dan kasih sayang yang tersampaikan lewat kata-kata maupun tindakan akan menancap dalam diri anak, membuat anak terikat pada kedua orangtunya dan secara alamiah mencintai, kemudian akan berbakti di kemudian hari.

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

Khalik sangat mengenang ayahnya, yang dia banggakan terus walaupun sudah tiada. Dia mencoba menjadi 'anak baik' seperti yang ayahnya pernah harapkan. "Jaga sholat ya nak, laki-laki wajib ke masjid"  dan Khalik selalu berusaha jamaah 5 waktu ke masjid. "Jadilah anak ayah..yang santun dan ramah tapi pemberani utk menegakkan kebenaran", maka sungguh si Khalik selalu berperangai baik dan membuat ayahnya yang pemuka masyarakat, makin dikenang karena melahirkan anak yang baik. Sungguh bentuk berbakti pada orangtua yang indah, yaitu dengan menjadi pribadi yang baik.

Saya jadi ingat...di sisi lain..ada teman saya bernama Fulan yang begitu menyebalkan, 'play enemy' setiap saat, kata-katanya tidak ma'ruf, memandang negatif, penuh dengki, dan kelakuan buruknya dipamerkan di publik dengan bangga. Bukankah ini adalah bentuk penghinaan pada kedua orangtuanya sendiri? Karena secara umum...ketika melihat orang tidak baik akan tercetus dalam pikiran orang...'anak e sopo iki', jadi tentunya melakukan hal buruk yang bisa membuat malu orangtua kita, adalah bentuk pelanggaran birrul walidain.

Kembali pada Khalik yang membanggakan ayahnya. Dia selalu mengenang ayahnya yang tidak banyak bicara tapi selalu ada ketika dia butuh, ayah yang selalu di tunggangi jadi kuda saat kanak-kanak, ayah yang membetulkan rantai sepedanya yang loss, ayah yang menonton pertandingan karate pertamanya, ayah yang mengajarinya naik sepeda motor, ayahnya yang hujan-hujan mengantar uang SPP kuliah ke kosnya, karena sudah hampir deadline, ayah yang mengajak memancing saat lamarannya ditolak keluarga gadis yang dicintainya.

Meskipun ayahnya sudah tiada, dia mengenangnya..Dia selalu mendoakan ayahnya, dia ziarahi dan rawat kuburan ayahnya,bdan dia selalu berusaha menjaga nama baik ayahnya..meneruskan usaha ayahnya, baik pada seluruh kerabat ayahnya, dia kunjungi teman ayahnya.

Teman...orangtua yang memberikan perhatian tulus, walaupun tanpa banyak kata..akan menjadi orangtua yang dikenang baik oleh anaknya, dan akan sangat mudah bagi anak untuk berbakti padanya. Orangtua yang perilaku baik, membanggakan, patut jadi teladan juga akan jadi figut yang melekat dalam jiwa anak, membuat anak mudah menjalankan segala amanah dari orangtuanya.

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

Jika ingin penjelasan rinci...saya menuliskan 3 aspek tersebut, yaitu komunikasi, perhatian, dan teladan orangtua pada buku Sekolah  Menjadi Orangtua. 3 aspek ini yang jika diberikan orangtua pada anaknya dengan baik, akan membuat anak mudah berbakti pada orangtuanya. Tentunya ini adalah hal yang sangat umum dalam pengasuhan. Tapi penting sekali dibahas agar kita tidak abai.

Okey...agak melankolis hari ini..lalu bagaimana teknis secara bertahap mendidik anak agar bisa berbakti pada orangtua...agar kewajibannya sebagai hamba Allah dalam menjalankan birrul walidain bisa berjalan. Apakah anak harus dibiasakan menurut oada orangtua? Apakah anak tidak boleh membantah? Kita akan bahas teknis sesuai jenjang usia, sebagaimana khas pendekatan saya...in syaa Allah di edisi berikutnya.

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

For feedbacks please email to psychocoffeemorning@gmail.com

_______________

Aku dikirimin artikel di atas dari whats app nya bunda m tempat aku beli seri buku sygma. Dan langsung meringis hati ini. Baru selesai nyuapin salman makan malam dan bikinin shabran susunya sebelum tidur. Tapi sebelumnya "nyanyi" dulu karena salman shabran minta ini itu padahal ibu pengen lurusin badan sebentaran aja mumpung ade syafiq sang bayi udah bobo abis nenen. Dan abis baca artikel itu langsung merasa bersalah banget. Kapan ya bisa jadi ibu yang sabar saat anak2 lagi aktif2nya... astaghfirullah..

Saat ini udah dari agustus ada nenek dan kakek jayapura tinggal di rumah. Dan ayah sampai hari ini masih jadi anak yang berbakti insyaAllah. Antar ke rumah sakit. Beliin semua keperluannya. Antar ke tukang urut. Masak atau bantuin mama mertua masak. Ajak mereka ngobrol cerita2 di kamarnya. Ajak jalan-jalan. Sampai ayah sempat bilang kalo nanti kita punya rumah akan ajak nenek kakek jayapura untuk ikut tinggal bareng. I am wondering, apa dulu mama dan bapak mertua ini sabar banget kali ya sama anak2nya jadi pas gede anaknya pun sayang sama ortunya. Tapi bisa jadi atau memang harusnya berbakti kepada ortu itu dorongan akidah. Karena Allah swt yang memerintahkan seseorang yang sudah baligh untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Tapi kalo mau anak sholeh maka ortunya harus sholeh dulu. Kalo punya anak sholeh padahal ortunya ngga sholeh maka itu karunia Allah swt. Kalo ortu sholeh tapi anaknya ngga sholeh maka itu ujian buat ortunya.

Kalo mama dan bapakku, i always love them. Walau sekarang ngga tinggal berdekatan lagi, tapi aku tetep sayang dan hormat. Tetap aku doakan mereka minimal sehabis sholat dan saat aku ngaji baca quran kadang sambil mengingat wajah mereka semoga Allah swt memberikan kesehatan dan kebahagiaan hidup walau ngga bisa ketemu mereka tiap hari. Dan justru aku pindah rumah di gandul adalah bentuk sayang aku sama mama dan bapakku biar di hari tua bisa beribadah dengan khusyu, ngga direcokin lagi sama urusan cucu. Masa kecil aku termasuk yang alhamdulillah. Semua orangtua pasti ada kekurangan dan kelebihan. Alhamdulillah aku dipertemukan dengan jamaah dakwah yang selalu mengajak kepada kebaikan. Jadi pas lagi mulai muncul errornya dalam diri ada yang ingetin biar lurus lagi.

Ya Allah Sungguh hamba sayang anak2 hamba karenaMu.

Kadang suka pengen seperti keluarga Imran yang di surah Ali Imran. Yang mempersembahkan maryam putrinya untuk berkhidmat kepada Allah swt. Dan aku pengen mempersembahkan ketiga anak lelakiku ini untuk jadi pembela agama Allah swt. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan tapi atas kesadaran yang penuh. Ngga usah ribet2 cari dunia. Karena ada akhirat yang kekal dan kehidupan yang sesungguhnya ada di sana.

😢😢😢😢😢

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ke bdn erie citayam

Call for tukang urut

Salute to ...