Ngga mau sekolah katanya
Seperti biasa pagi ini shabran mainnya luar biasa, sama cia naik ke tempat tidurnya syafiq, mainannya dibawa semua kesana, dan kasur busa syafiq juga diinjek-injek gantian dijadiin alas tidur2an mereka. Saya yang lihat cuma bisa beristighfar dan langsung siap2 mau daftarin shabran sekolah.
Jadi sekolahnya buat pengalihan energi dan kreatifitas shabran biar dia ngacak-ngacak di sekolah aja heheu, ngga usah berantakin rumah apalagi kalo ada temen mainnya tambah luar biasa.
Dan pas udah ganti celana panjang, aku gendong syafiq, pake sandal, shabran nanya "bu kita mau ke rumah siapa? Aku ngga mau sekolah... maunya di rumah aja"
Walah walah... gimana ini... emang sih belum waktunya shabran sekolah, cuma biar ngga terlalu repot aja mama cia nanti kalo aku udah mulai masuk kantor 2 minggu lagi. Tapi kalo shabrannya masih belum mau sekolah mau gimana lagi... padahal udah dibujuk nanti kalo sekolah ibu beliin tas, tetep shabran ngga mau. Nanti shabran dikasih uang buat nabung, ngga mau juga. Nanti dibeliin jajanan buat dimakan di sekolah, juga ngga mau.
Jadi inget lagi waktu salman 3 tahun dimasukin sekolah biar mamaku ngga repot alasannya, eh dia juga ngga mau masuk, cuma main ayunan dan perosotan depan sekolah aja, padahal ibunya kepedean udah bayar sekolah setahun, dengan keyakinan anaknya mau sekolah. Akhirnya cuma berapa minggu dan salman ngga masuk2, terus aku menghadap kepseknya biar salman dicancel dulu, dan uangnya kembali 60 persen heheu. Di umur 4 tahun baru deh salman berhasil masuk tk a alhamdulillah rajin sekolahnya.
Harus belajar dari pengalaman kakaknya, sepertinya anak2 saya ini cocoknya mulai sekolah di umur 4 tahun. Means tahun depan aja dah shabran sekolahnya.
Oiya ibu tetep bermimpi semoga ayah bisa tembus s3 luar negeri, jadi kita bisa ikut dan ibu bisa cuti di luar tanggungan negara sebagai awalan resign. Demi anak-anak. Masa mau dititipin orang lain terus? Yakin rejeki akan terus ada dari Allah swt.
Ya Allah mudahkan niat baik kami. Aamiin..
----------------
Artikel dari fb nya Tere Liye ini pas banget buat saya vs shabran
*Periode emas anak2
Anak2 usia 0-6 tahun adalah periode emas. Itu masa2 yang sangat penting. Apakah di momen2 ini perlu pendidikan? Ya iyalah. Sungguh butuh. Anak2 diajarin pipis di kamar mandi (tidak pakai pampers), diajarin makan sendiri, diajarin bertanggung-jawab, diajarin bersosialisasi, diajarin seni, bahkan yg lebih penting lagi diajarin agama, cara shalat, menghafal bacaan shalat, dsbgnya.
Penting.
Apakah PAUD, playgorup, TK itu penting? Ya iyalah, penting.
Tapi jangan bablas, jangan berlebihan. Nyaris semua ahli pendidikan di dunia sepakat, bahwa usia 0-6 tahun adalah masa2 belajar yang menyenangkan, bukan masa2 belajar yang dipaksa, dinilai, diberi angka, dan sungguh terlalu ditest/diuji lulus atau tidak. Tanyakanlah ke orang2 yang paham, pasti jawabannya sama.
Lantas kenapa sekarang malah sebaliknya? Banyak orang tua yang mengotot anak2nya cepat baca, cepat nulis, cepat berhitung? Karena dunia ini kejam. Mereka memang selalu bilang yang terbaik bagi anak2nya, tapi tidak tahu apakah itu sungguh baik atau tidak. Anak2 usia 6 tahun sudah dipaksa kursus siang malam. Sudah dipaksa sekolah pagi sore. Kenapa? Biar masa depannya cerah, bisa berkompetisi, dsbgnya. Tidak ada yang bisa memaksa orang tua kalau mereka mau begitu, terserah, itu anak2 mereka juga.
Tapi dalam sistem yang lebih besar, harus ada peraturan lugas agar semua hal tidak bablas, berlebihan.
Persyaratan ijasah TK untuk masuk SD adalah yang bablas. Catat baik2, tidak semua orang mampu menyekolahkan anak2 mereka di TK. Kita harus melindungi keluarga2 ini. Hei, kalau kalian merasa bisa menyekolahkan anak di Singapore, di Amerika atau kursus di Mars, ketahuilah, 30 juta orang di Indonesia ini penghasilannya hanya 10.000/hari. 30 juta orang jumlahnya. Kalau kita makan di kedai fast food sekali duduk 100.000, maka itu setara 10 hari kerja mereka. Bagaimana mereka ini? Tidak boleh SD karena tidak bisa TK? Aduh, nurani mana yang kejam begitu.
Dan terlepas dari itu, harus diketahui semua orang, pendidikan paling dasar (SD) memang tidak membutuhkan prasyarat apapun. Namanya juga pendidikan paling dasar. Apakah anak2 harus sudah bisa berhitung, menulis dan membaca? Ini keliru sekali, fatal. Saya tahu, bisnis PAUD, TK itu besar nilainya. Saya juga tahu, memang lebih asyik, kalau saya guru SD, kalau semua anak2 sudah bisa baca, tulis dan berhitung saat masuk, tapi jangan lupakan, anak2 usia 0-6 tahun itu memang tidak diciptakan untuk jadi profesor semua. Jangan begitu terlalu melupakan prinsip2 guru yang mulia.
Semua orang boleh punya pendapat. Silahkan. Ini jaman kebebasan. Tapi ingat baik2, bahkan dalam UU Sisdiknas No. 20/2003, bagian Penjelasan Pasal 28 ayat 1 ditulis: Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan BUKAN merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Itu UU, produk hukum tinggi di negeri ini, tidak bisa kita kangkangi begitu saja. Juga silahkan baca peraturan pemerintah, peraturan kementerian soal PAUD, TK, playgroup dsbgnya, jelas sekali ditulis: itu periode bermain2, periode mengenalkan dunia pendidikan dengan menyenangkan. Sama sekali bukan belajar berhitung, menulis, membaca lantas di test ini, di uji ini. Tapi kenapa banyak guru/kepsek/sekolah yang tidak tahu? Maka semoga kalian tahu setelah saya merilis catatan ini. Dan kasih tahu orang lain biar pada tahu. Itu UU sudah 10 tahun, seharusnya sosialisasinya sudah sampai galaksi planet Avatar.
Tapi kenapa orang tua sendiri yang maksa agar anak2nya yg baru usia 4 tahun, 5 tahun bisa membaca, berhitung, menulis? Sekali lagi, dunia ini kejam, dek. Jangankan usia 4-5 tahun, usia 0-6 BULAN saja saking kejamnya, industri susu formula mau merangsek habis2an, jika tidak ada regulasi. Kita selalu bilang: yang terbaik bagi anak2 kita, hingga lupa, boleh jadi si kecil itu menjalaninya sambil tertawa riang karena kita paksa.
Maka, kalau ada SD yang mewajibkan murid2 barunya harus sudah bisa baca, hitung, ditest, dsbgnya, punya ijasah TK+PAUD, dll, maka JANGAN masukkan anak2 kita ke sana. Kita harus cemas sekali dengan pemahaman guru2 di SD itu.
Syarat masuk SD itu hanya satu: cukup umur. Carilah SD dengan guru2 yang cemerlang sekali pemahamannya soal ini, guru2 mulia yang mau repot mengajari anak2 kita membaca, menulis. Mau mengajari anak2 kita, tiada lelah dan mengeluh, bukan guru2 yang malah berseru ketus kepada anak usia 6 tahun: "anak ini kok belum bisa baca sih? sana balik ke TK lagi."
Pilihlah SD dengan guru2 yg tulus. Masih banyak kok guru2 yang hebat itu.
Pun sama, pilihlah PAUD, TK, playgroup yang punya guru2 dengan pemahaman tulus. Tahu posisi dan letaknya. Kalau dia minimal pernah mengambil sarjana pendidikan PAUD, pasti paham sekali hal ini. Bukan TK yang dikit2 iuran wajib, dikit2 jalan2 wajib, dikit2 semuanya uang (sorry buat yang tersinggung, kalau kalian tidak melakukannya kalian pasti tidak akan tersinggung; nah kalau tersinggung memang kuch kuch hota hai deh).
Jangan cemas anak2 kita itu kelak tidak jadi orang karena tidak bisa baca tulis usia 4 tahun. Ketahuilah, orang2 sukses di dunia ini bahkan drop out sekolah formal. 'Pendidikan' itu berbeda dengan 'sekolah'. Pendidikan adalah pendidikan. Pasti pernah menonton film Three Idiots kan? Semua orang terharu nontonnya, pengin jadi Rancho, tapi lupa, saat di dunia nyata, kita ini hanya Silencer yang sibukkkkkkk dengan ukuran material, lantas mudah cemburu serta tidak bahagia ternyata.
Saya menulis buat yang mau mendengarkan saja.
*Tere Liye
Komentar
Posting Komentar