Kuliah ayah

Tadi malam baca buku Bunda Manajer Keluarga - Irawati Istadi. Beli buku ini kayaknya pas salman masih bayi, sempet dibaca kemudian tersimpan di lemari buku. Sampai beberapa hari lalu aku keluarin bukunya dari lemari, kayaknya butuh pencerahan lagi tentang peran ibu dalam keluarga.
Sampailah aku di bab Pengembangan SDM ayah dan ibu. Awalnya yang dibahas adalah ibu, seorang ibu ngga boleh mencukupkan diri hanya berkutat dengan pekerjaan domestiknya, dia juga harus terus belajar, bisa secara formal atau informal, kemudian pembahasan kedua adalah pengembangan SDM ayah, ini juga lebih penting apalagi ayah adalah kepala keluarga, jika ibu saja dituntut untuk terus belajar apalagi ayah yang jadi pemimpinnya. Dan aku bacain di hadapan ayah salman paragraf ini.

Karena kita sempet merasa, penting ngga sih kuliah di saat seperti ini? Sekitar 2 minggu lalu ayah salman sakit demam beberapa hari, dan mamaku berpendapat mungkin karena lagi kepikiran antara kuliah dan tanggungjawabnya mencari nafkah buat keluarga kecil kami. Dan mamaku saran ke aku bahwa sebaiknya ayah salman kerja ngantor 8 to 5 lagi aja seperti biasa. Berhenti aja kuliahnya. Atau ditundalah. Sampai kapan? Sampai waktu yang tak bisa ditentukan. Itu mah sama aja berhenti ya. And it makes me think.

Sungguh aku sangat bersyukur punya suami yang dikaruniai rizki yang luas dari Allah swt. Mungkin bagi orang2 di kantor ayah, ga masuk akal meninggalkan pekerjaan senior engineer sebagai pegawai tetap dengan gaji mendekati 20juta, untuk kemudian resign dan jadi mahasiswa s2 dengan biaya mandiri. Mending kalo masih single. Ini sudah beranak 2. Dan sedang menanggung cicilan tanah. Subhanallah. Waktu itu pertimbangannya we have to move on dari situasi terjebak kemacetan setiap hari. Walau gaji sebesar apapun tapi masa mau hidup stress terus. Kemudian kita berpikir, pengen tobat jadi anggota commuter tangerang-jakarta. Dan pengen punya kerjaan yang bisa berpenghasilan dan dapat pahala. Kalo cuma s1, agak susah karena cita-citanya mau jadi dosen. Maka mendaftarlah kuliah s2. Alhamdulillah aku sudah lulus. Tinggal ayah yang berjuang. Di saat yang bersamaan aku nemu tanah yang dijual tanpa pake riba di daerah sawangan depok, kita yakin ini pertolongan dari Allah swt yang ngga boleh disia-siakan. Cicilannya sebenernya lumayan maknyus juga besarannya. Tapi lagi2 aku yakin Allah swt akan menolong.

Pas baca buku bu Irawati istadi itu, berasa punya temen senasib sepenanggungan. Ternyata ibu ini dulunya juga gitu, suaminya mau nerusin kuliah s2 dan awalnya si istri agak ragu, mereka saat itu udah punya 3 anak dan kuliahnya dengan biaya mandiri. Dan sang suami yakin akan ada pertolongan Allah swt. Dan disertai usaha yang keras. Alhamdulillah mereka bisa melewatinya. Dengan niat mencari ilmu karena Allah swt.

Kadang aku suka nanya sama ayah salman "kuliahnya kapan selesainya ya ayah?", padahal ini baru semester 1 dan baru mau uas minggu depan. Hihi. Soalnya dulu pas aku kuliah s2 ga berasa tau2 udah lulus aja walau pake acara hamil dan lahiran shabran. Mungkin karena kampusnya beda, bayarannya pun beda. Bayaran kampus ayah setahun sama dengan biaya kampus aku sampe lulus. Heheu. Begitu miris pendidikan ala kapitalis bayarannya bikin pusing kantong.

Ya Allah Tuhan kami
Ya Rabb Engkaulah yang Maha Mendengar doa setiap hamba
Ya Rabb Engkaulah yang Maha Kaya
Tolong kami ya Allah
kami tak ingin menjadi budak dunia
Ijinkan kami mengabdikan diri dan sisa umur kami pada agamaMu
Tolong kami ya Allah
Ya Allah jadikan ilmu yang kami dapat sebagai sarana bagi kami untuk lebih mendekat lagi kepadaMu
Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ke bdn erie citayam

Call for tukang urut

Salute to ...