khilafah international womens conference, Tunisia
Back to my laci,
Lagi teringat khilafah international womens conference: a shining model for women's right and political role, yang di tunisia, 10 maret lalu. Muslimah dari berbagai negara di banyak wilayah dunia berkumpul untuk mengopinikan bahwa kita butuh khilafah, yang salah satunya akan menyelamatkan perempuan (dan laki-laki juga) dari ketidakadilan kapitalisme sekuler saat ini.
Pagi ini pas aku baru nyampe ruangan, ada majalah tempo di meja aku, tentang kisah artalita suryani, yang menjalankan bisnis dari rutan pondok bambu, dapat fasilitas nyaman, luas lega, adem, padahal banyak perempuan lain penghuni rutan itu yang tinggal berdesakan di sel sempit, sumpek, panas dan berjubel, hanya karena artalita punya uang banyak yang bisa membayar semua pegawai dan pejabat di rutan itu, sehingga dia serasa yang punya rutan, bisa milih untuk ditempatin di ruangan mana, bahkan ruang kerja administrasi rutan disulap jadi kamarnya, naudzubillah, di sisi lain hukum membela yang bayar, banyak ibu-ibu yang mencuri karena lapar, mencuri beberapa potong roti dan beberapa bungkus kopi, yang kata majalah tempo, harga totalnya cuma sekitar 19 ribu rupiah, tapi dapat hukuman beberapa bulan penjara,
innalillahi,
padahal harusnya yang lebih berhak dihukum adalah penguasa, karena membiarkan rakyatnya lapar, miskin dan kurang gizi, serta tak ada penghasilan, sehingga mereka pun mencuri sekedar untuk makan,
itu salah satu ketidakadilan yang dihadapi perempuan, semua manusia sebenernya, karena yang merasakan susah akibat sistem kapitalisme rusak ini bukan hanya perempuan tapi juga laki-laki,
penjualan manusia,
kemiskinan,
kebodohan,
perbudakan, budak raga untuk orang miskin yang full day banting tenaga untuk mencari uang, dan budak jiwa untuk orang yang sudah cukup penghasilannya sebenernya, untuk sandang pangan papan tapi masih mau lebih lagi dan lagi sampai langit ke tujuh kekayaannya, jiwanya tak pernah merasa puas.
pornografi,
pelecehan seksual,
pemerkosaan,
penjajahan,
Semuanya hanya dibiarkan, atau kalaupun ada tindakan, hanya tambal sulam, tambal sini, bolong di sana, jadinya seperti benang kusut, tak kunjung lurus,
mengutip dari republika.co.id
"Perwakilan Central Media, Hizbut Tahrir, Dr Nazreen Nawaz, dalam keterangannya kepada ANTARA London, Sabtu, mengatakan konferensi tersebut merupakan peristiwa bersejarah yang akan mengumpulkan perempuan dari seluruh dunia Hizbut Tahrir menjadi tuan rumah.
Diungkapkannya adanya keinginan besar dari kaum perempuan Hizbut Tahir untuk diatur dalam sebuah sistem Khilafah dan akan membongkar mitos-mitos populer di Barat bahwa perempuan Muslim menolak hukum Islam.
Konferensi ini akan mengumpulkan aktivis politik perempuan, penulis, akademisi, wartawan, guru, tokoh masyarakat, perwakilan organisasi wanita. Kaum perempuan pembuat opini dari seluruh dunia untuk mempresentasikan visi rinci tentang apa sistem Khilafah pemerintahan berdasarkan hukum Islam murni dan prinsip-prinsip berarti dengan hak-hak status, dan kehidupan perempuan, ujarnya.
Pembicara akan mencakup wanita dari Hizbut Tahrir Tunisia, Yordania, Palestina, Yaman, Turki, Libya, Sudan, Libanon, Suriah, Indonesia, dan Eropa. Dalam pertemuan itu akan dibahas bagaimana Khilafah memegang solusi yang kredibel dan praktis kepada banyak masalah politik, ekonomi dan sosial yang menimpa kaum wanita di negara mereka serta menyoroti meningkatnya dukungan kalangan kaum perempuan Muslim untuk pemerintahan Islam di dunia Muslim.
Konferensi ini akan menjadi live-streaming secara global dan juga akan mencakup pameran bersemangat menggambarkan apa Khilafah berarti dan status perempuan dalam Islam.
Selama beberapa minggu terakhir, wanita dari Hizbut Tahrir - dari Timur Tengah ke Rusia, Eropa ke Afrika, Pakistan untuk Indonesia, Turki ke Australia - telah terlibat dalam kampanye, aktif global yang terkoordinasi.
Selain mendistribusikan selebaran, penyelenggaraan seminar, keterlibatan dengan media, serta kampanye melalui internet dan jejaring sosial untuk menjelaskan mengapa mereka percaya sistem Khilafah adalah satu satunya yang akan memberikan keadilan bagi para wanita di dunia Muslim dari segala bentuk penindasan dan menjadi model cemerlang dalam melindungi hak-hak perempuan secara global.
"Kebangkitan di negeri Arab adalah kesempatan historis untuk bekerja keras dan serius dalam mewujudkan perubahan nyata di dunia Arab dan Muslim dan membentuk masa depan yang bermartabat dan kemakmuran bagi semua - pria dan wanita, ujar Dr Nazreen Nawaz.
Dikatakannya perbaikan nyata untuk kehidupan perempuan di kawasan itu membutuhkan lebih dari berjuang untuk kursi di parlemen, menempati posisi simbolis di pemerintahan, atau beberapa hak kosong yang diperoleh dalam konstitusi baru.
"Kami menyerukan semua wanita yang percaya bahwa hak perempuan harus ditunaikan maka bergabunglah di konferensi bersejarah ini,'' ujarnya.
Konferensi yang akan menggambarkan bagaimana sistem Khilafah dapat memciptakan suasana keadilan dan keamanan baru bagi anak-anak perempuan dari dunia Muslim serta berdiri sebagai model yang benar untuk mengamankan hak-hak perempuan secara global, demikian Dr Nazreen Nawaz."
Lagi teringat khilafah international womens conference: a shining model for women's right and political role, yang di tunisia, 10 maret lalu. Muslimah dari berbagai negara di banyak wilayah dunia berkumpul untuk mengopinikan bahwa kita butuh khilafah, yang salah satunya akan menyelamatkan perempuan (dan laki-laki juga) dari ketidakadilan kapitalisme sekuler saat ini.
Pagi ini pas aku baru nyampe ruangan, ada majalah tempo di meja aku, tentang kisah artalita suryani, yang menjalankan bisnis dari rutan pondok bambu, dapat fasilitas nyaman, luas lega, adem, padahal banyak perempuan lain penghuni rutan itu yang tinggal berdesakan di sel sempit, sumpek, panas dan berjubel, hanya karena artalita punya uang banyak yang bisa membayar semua pegawai dan pejabat di rutan itu, sehingga dia serasa yang punya rutan, bisa milih untuk ditempatin di ruangan mana, bahkan ruang kerja administrasi rutan disulap jadi kamarnya, naudzubillah, di sisi lain hukum membela yang bayar, banyak ibu-ibu yang mencuri karena lapar, mencuri beberapa potong roti dan beberapa bungkus kopi, yang kata majalah tempo, harga totalnya cuma sekitar 19 ribu rupiah, tapi dapat hukuman beberapa bulan penjara,
innalillahi,
padahal harusnya yang lebih berhak dihukum adalah penguasa, karena membiarkan rakyatnya lapar, miskin dan kurang gizi, serta tak ada penghasilan, sehingga mereka pun mencuri sekedar untuk makan,
itu salah satu ketidakadilan yang dihadapi perempuan, semua manusia sebenernya, karena yang merasakan susah akibat sistem kapitalisme rusak ini bukan hanya perempuan tapi juga laki-laki,
penjualan manusia,
kemiskinan,
kebodohan,
perbudakan, budak raga untuk orang miskin yang full day banting tenaga untuk mencari uang, dan budak jiwa untuk orang yang sudah cukup penghasilannya sebenernya, untuk sandang pangan papan tapi masih mau lebih lagi dan lagi sampai langit ke tujuh kekayaannya, jiwanya tak pernah merasa puas.
pornografi,
pelecehan seksual,
pemerkosaan,
penjajahan,
Semuanya hanya dibiarkan, atau kalaupun ada tindakan, hanya tambal sulam, tambal sini, bolong di sana, jadinya seperti benang kusut, tak kunjung lurus,
mengutip dari republika.co.id
"Perwakilan Central Media, Hizbut Tahrir, Dr Nazreen Nawaz, dalam keterangannya kepada ANTARA London, Sabtu, mengatakan konferensi tersebut merupakan peristiwa bersejarah yang akan mengumpulkan perempuan dari seluruh dunia Hizbut Tahrir menjadi tuan rumah.
Diungkapkannya adanya keinginan besar dari kaum perempuan Hizbut Tahir untuk diatur dalam sebuah sistem Khilafah dan akan membongkar mitos-mitos populer di Barat bahwa perempuan Muslim menolak hukum Islam.
Konferensi ini akan mengumpulkan aktivis politik perempuan, penulis, akademisi, wartawan, guru, tokoh masyarakat, perwakilan organisasi wanita. Kaum perempuan pembuat opini dari seluruh dunia untuk mempresentasikan visi rinci tentang apa sistem Khilafah pemerintahan berdasarkan hukum Islam murni dan prinsip-prinsip berarti dengan hak-hak status, dan kehidupan perempuan, ujarnya.
Pembicara akan mencakup wanita dari Hizbut Tahrir Tunisia, Yordania, Palestina, Yaman, Turki, Libya, Sudan, Libanon, Suriah, Indonesia, dan Eropa. Dalam pertemuan itu akan dibahas bagaimana Khilafah memegang solusi yang kredibel dan praktis kepada banyak masalah politik, ekonomi dan sosial yang menimpa kaum wanita di negara mereka serta menyoroti meningkatnya dukungan kalangan kaum perempuan Muslim untuk pemerintahan Islam di dunia Muslim.
Konferensi ini akan menjadi live-streaming secara global dan juga akan mencakup pameran bersemangat menggambarkan apa Khilafah berarti dan status perempuan dalam Islam.
Selama beberapa minggu terakhir, wanita dari Hizbut Tahrir - dari Timur Tengah ke Rusia, Eropa ke Afrika, Pakistan untuk Indonesia, Turki ke Australia - telah terlibat dalam kampanye, aktif global yang terkoordinasi.
Selain mendistribusikan selebaran, penyelenggaraan seminar, keterlibatan dengan media, serta kampanye melalui internet dan jejaring sosial untuk menjelaskan mengapa mereka percaya sistem Khilafah adalah satu satunya yang akan memberikan keadilan bagi para wanita di dunia Muslim dari segala bentuk penindasan dan menjadi model cemerlang dalam melindungi hak-hak perempuan secara global.
"Kebangkitan di negeri Arab adalah kesempatan historis untuk bekerja keras dan serius dalam mewujudkan perubahan nyata di dunia Arab dan Muslim dan membentuk masa depan yang bermartabat dan kemakmuran bagi semua - pria dan wanita, ujar Dr Nazreen Nawaz.
Dikatakannya perbaikan nyata untuk kehidupan perempuan di kawasan itu membutuhkan lebih dari berjuang untuk kursi di parlemen, menempati posisi simbolis di pemerintahan, atau beberapa hak kosong yang diperoleh dalam konstitusi baru.
"Kami menyerukan semua wanita yang percaya bahwa hak perempuan harus ditunaikan maka bergabunglah di konferensi bersejarah ini,'' ujarnya.
Konferensi yang akan menggambarkan bagaimana sistem Khilafah dapat memciptakan suasana keadilan dan keamanan baru bagi anak-anak perempuan dari dunia Muslim serta berdiri sebagai model yang benar untuk mengamankan hak-hak perempuan secara global, demikian Dr Nazreen Nawaz."
Komentar
Posting Komentar