Another post in the bright afternoon

Entah kenapa semingguan ini tiap aku mau berangkat kantor shabran selalu nangis-nangis dan mengalihkan aku sambil bilang cucuuu bu cucuu. Mungkin dia berharap aku akan tetap tinggal dan nyusuin shabran saja setiap kali dia bilang gitu. Kecuali aku bawa shabran ke rumah ortu dan kemudian ada bapakku. Shabran langsung lepas gendongan aku demi dipangku sama sang kakek.

Kalo dipikirin rasanya emang ngga nyaman. Kenapa mesti jadi begini hidup aku.

Walau tetap bersyukur, bisa merasakan keadaan ini. Bersyukur bisa tahu ritme kerja jadi pns di kementerian selama 2009 sampai hari ini ternyata begini.

Terus tangisan shabran tiap pagi harus diabaikan saja gitu ya?

Tadi pagi aku menguatkan niat untuk menghadap pak irjen, ngeprint surat permohonan pindah yang udah discan, terus naik tangga ke lantai 7. Sampai sana aku ijin dulu mau masuk sama kasubnya, dan kata si kasub pak irjen bilang kalo aku lebih baik ngadep ses aja. Owalahhh... aneh banget ni pak irjen. Anak buah mau ketemu malah dipingpong. Mentang-mentang kita cuma staf. Coba kalo yang datang menteri.
Anyway, lucu ya. Orang mau pindah tugas dipersulit dan ditahan hanya karena kekurangan staf. Kalo udah ngga nyaman lagi gimana? Kalo di swasta macam kantor ayah sih gampang ya. Tinggal bikin surat resign ke bos terus udah deh besokannya dadah.

Ya Allaah tolong hamba...

Oiya jadi inget, tadi malam download rekaman kajian mutiara umat yang bertema menyeimbangkan karir dan rumah tangga. Ada ustazah sukma yang setelah aku cari namanya di fb ternyata sebagai penyuluh di dinas perikanan sukabumi dan ustazah caria ningsih yang sedang studi di korea. Mereka memaparkan bahwa tugas inti istri adalah ummu wa rabbatul bayt. Tapi karena kondisi sistem kapitalisme saat ini yang tidak menjamin kesejahteraan perempuan, makan banyak perempuan yang kemudian berkarir. Walau islam tidak melarang dan membolehkan wanita bekerja dengan beberapa syarat tertentu. Misalnya mengambil pekerjaan yang memang sesuai dengan fitrah perempuan seperti guru, perawat, ataupun dokter misalnya. Dan juga syarat lainnya adalah menutup aurat, dan tidak tabarruj. Juga ngga ikhtilath dan khalwat.
Tapi lebih utama adalah mengambil peran sebagai ummu wa rabbatul bayt tadi.

Ustazah carianingsih bilang kenapa dia bekerja sebagai dosen salah satunya adalah karena dulu saat ayahnya meninggal, ibunya ngga ada sumber mata pencaharian yang lain. Maka dia bertekad untuk bekerja. Dan jika ada muslimah yang berniat full berperan sbg pengatur rumah tangga maka harus siap dengan segala kondisinya dan konsekuensinya. Juga tidak lupa baik itu ibu rumah tangga atau wanita bekerja harus tetap menuntut ilmu islam dan berperan aktif dakwah dalam lingkungan masyarakat.

Jadi mikir ke diri sendiri, kalo aku ngantor karena alasan biar ngga kaget kalo suatu saat nanti ditinggal suami, mamaku juga dulu berhenti dari pekerjaannya untuk ngurus anak. Dengan mengandalkan  bapakku yang pns dan beda umurnya 13 tahun. Sampai saat ini alhamdulillah bapakku masih sehat wal afiat dan anak-anaknya bisa hidup layak dan aku bisa lulus s2 walaupun biaya patungan sama suami. Begitu juga dengan mama mertuaku, full time mother dan hari ini semua anaknya udah mandiri punya pekerjaan dan keluarga masing-masing tinggal bungsunya aja yang sebentar lagi mau nikah. Sama kayak adikku.

Dan aku pikir kalo perempuan bekerja hanya karena takut ditinggal suami. Sepertinya cetek banget ya alasannya.

Ya Allah beri hamba kekuatan untuk lepas dari kubangan ini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ke bdn erie citayam

Call for tukang urut

Salute to ...