Dari gerbong wanita
Pagi tadi ketiga kalinya aku naik kereta commuter line berangkat ke kantor di minggu ini.
Biasanya naik bis jemputan, tapi udah kelewatan terus. Dan tadi pagi sebenernya mau naik bis jemputan lain aja. Tapi bisnya kelewatan karena ketutupan angkot pas lagi aku berhentiin. Daripada menunggu lebih lama lagi, aku naik angkot saja ke stasiun tangerang. Dan naik kereta.
Aku naiknya sekitar jam 6. Sengaja naik ke gerbong 1 perempuan, karena lagi ngga berangkat bareng ayah salman. Dalem gerbong itu, awalnya masih sepi, dan menjelang stasiun duri nambah sesak gerbong perempuannya.
Aku mikirnya, ni perempuan sebanyak ini pada mau kemana ya pagi-pagi? Yang punya anak balita tentunya entah dimana menitipkan anak-anaknya. Bisa nitip di ortu, atau di pembantu, atau di babysitter. ALLAHU AKBAR. Miris banget ngelihatnya. Walaupun mereka sepertinya merasa hal itu adalah wajar, dan malah dinikmati. Hiks. Pas kereta lewat di stasiun tanah abang, tambah banyak lagi manusia pada berlarian ngejar kereta. Maka bersyukurlah wahai kalian yang kantornya dekat rumah.
Jadi inget lagi orasinya bu ustazah di acara memperingati women international conference ahad lalu. Banyak banget pekerja perempuan sekarang. Lapangan pekerjaan laki-laki pun diambil sama perempuan. Akibatnya banyak laki-laki yang ngga punya pekerjaan. Dan negara malah menggiring perempuan sebanyak-banyaknya keluar rumah mencari pekerjaan. Dengan alasan kehidupan mereka kekurangan. Dan kalo mau sejahtera maka semua manusia harus mencari pekerjaan. Mau dia laki-laki atau perempuan. Bahkan yang sudah menikah pun. Apalagi kalo pns, haram ibaratnya pns wanita berhenti kerja karena konon pekerjaan pns wanita demikian santai. Naudzubillah.
Pas aku lihat rombongan perempuan yg lagi pada berlari mengejar kereta. Ya Allah, kasian sekali mereka. Dimana ayah mereka, saudara lelaki mereka, suami mereka, kerabat laki-laki mereka, membiarkan perempuan berjuang sendiri menghidupi dirinya. Dan perempuannya mau aja. Karena mereka juga ngga sadar bahwa mereka sama sekali ngga berkewajiban cari nafkah, tugas mereka di rumah. Dan berada di rumah justru bentuk penghormatan untuk perempuan, karena di rumah mereka menjadi aman dari kejahatan dan keburukan di luar.
Bentar lagi, seminggu lagi, ya Allah mudahkan rencana baik hamba. Hamba ingin hidup sesuai fitrah yang engkau tetapkan. Hamba ingin menjadi ibu bagi anak-anak hamba. Hamba ingin ikut perintahMu bahwa perempuan harus tetap berada di rumah. Karena di luar sungguh tak aman dan tak ramah bagi kami para perempuan. Tak bisa hamba bayangkan akan menua berlari mengejar kereta. Sementara bukan itu kewajiban hamba.
Perempuan ngga berdosa jika tidak bekerja. Justru laki-laki yang berdosa jika tidak menafkahi perempuan yang berada dalam tanggungannya.
Ya Allah kuatkan azzam kami.
Komentar
Posting Komentar