He is lovely, not dictator

Assalamualaikum :)

Aku baru saja mengurus ijin cuti akan berangkat ke Papua tanggal 29 nanti, dan karena kemarin pengajuan resign masih ditunda, jadinya harus bertemu dengan bu Kabag Kepegawaian lagi untuk menjelaskan kenapa aku harus berangkat ke sana.

Selain adik ipar yang akan menikah tanggal 4 Maret, bapak mertuaku juga sedang sakit, kemarin kabarnya masuk rumah sakit lagi, sekarang alhamdulillah sudah kembali ke rumah, semoga Allah mengangkat penyakitnya... amin...

Sebenernya bisa aja ngga ikut ke sana, tapi bapak mertuaku sangat ingin sekali melihat salman, cucu kechayangan yang semata wayangnya, karena kakak iparku belum dikaruniai putra, dan selalu nanyain dan pengen dengerin suara salman setiap kali nelpon kita. Jadi, karena salman belum bisa berangkat ke Jayapura sendiri, masih 20 bulan, dan ngga mungkin juga pergi ke sana cuma berdua sama ayahnya, jadinya pun aku ikut, and honestly im really  excited, karena akan melihat lagi keeksotisannya Danau sentani yang subhanallah.

Hubungannya apa sama judul postingan ini?

Nah, balik ke perijinan ke bagian kepegawaian, saat aku bertemu dengan Bu Kabag, si ibunya kembali membahas tentang rencana resign aku, dan kemudian menebak bahwa ini adalah karena paksaan suamiku, yang menurut tebakannya, bersifat diktator, tidak mengerti istri, maunya menang sendiri, membebankan semua hal di pundak istri, menurut aku, aku pengen resign karena memang kemauan aku, ngga ada hubungannya dengan suamiku, malah suamiku yang bilang terserah aku mau resign atau ngga, dan suamiku alhamdulilllah sangat mengerti istrinya, malah akunya yang malu sendiri karena banyak hal yang diexcuse dari aku sama suamiku, dan kita banyak berbagi dalam beberapa hal, seperti misalnya, kalo aku lagi bikin masakan, salman dijagain ayahnya dulu sambil kerja depan PC, dll, dsb, yang cukup banyak, aku merasa sangat sangat bersyukur for having him as my husband.

Dan kita perlu lihat dulu apa maknanya diktator...?

Memang ada beberapa hal yang mana seorang suami harus tegas memerintahkan, harus diktator, seperti kalo misalnya ngga melaksanakan kewajiban dari Allah swt untuk muslimah dan sebagai istri, misalnya kalo istrinya ngga mau menutup aurat, ngga mau ngurus anak kerjaannya begaul saja, ikutan transaksi ribawi, dan lain-lain. Itu justru diktator yang membawa berkah dan pahala, asal dilakukan dengan cara yang santun dan baik. Kalo kebangetan istrinya, seperti yang ada di Al-Qur'an, nusyuz, istrinya bisa dipisahkan tempat tidurnya, atau dipukul dengan tidak menyakitkan, atau dicari juru damai yang wibawa dan akan didengarkan oleh kedua pihak suami istri.

dan bukan diktator yang menganiaya istri, fisik maupun mental, padahal istrinya sudah berlaku baik, melayani, mengayomi.

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, lindungilah suamiku dari segala fitnah dunia, semoga Allah merahmatimu wahai suamiku...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ke bdn erie citayam

Call for tukang urut

Salute to ...